Yeonghoon Cho adalah sosok terkemuka dalam industri robotika Korea Selatan, yang telah menduduki berbagai posisi kepemimpinan senior—termasuk Wakil Presiden—di Korea Association of Robot Industry (KAR) dari Maret 2004 hingga Mei 2024. Meskipun telah pensiun dari KAR, ia tetap aktif dalam merumuskan kebijakan nasional terkait robotika dan strategi industri, serta diakui secara luas sebagai pakar dalam membangun ekosistem robotika yang berkelanjutan.
Sepanjang masa jabatannya, Mr. Cho memainkan peran penting dalam memajukan kapabilitas robotika Korea. Ia mendorong lokalisasi komponen robot utama, memfasilitasi kemitraan global, dan membantu perusahaan robotika Korea Selatan memperluas jejak internasional mereka. Usahanya sangat berdampak dalam memungkinkan produsen robot pembersih domestik menguasai lebih dari 90% pasar nasional dan mengurangi ketergantungan Korea pada pemasok komponen Jepang lebih dari 50%.
Mr. Cho memiliki gelar Sarjana Sains di bidang Teknik Elektronika dan Telekomunikasi dari Universitas Kwangwoon dan Magister Sains di bidang Teknik Keamanan Informasi dari Universitas Hansei. Sepanjang kariernya, ia telah menerima berbagai penghargaan dari kementerian, termasuk pengakuan pada tahun 2013 oleh Kementerian Sains, ICT, dan Perencanaan Masa Depan (sekarang Kementerian Sains dan ICT) sebagai salah satu dari 100 kontributor terbaik Korea dalam keunggulan R&D nasional.
Mr. Cho, kami ingin Anda berbagi sedikit tentang latar belakang Anda.
Selama lebih dari dua dekade, saya telah mendedikasikan karier saya untuk membentuk masa depan industri robotika Korea Selatan, terutama melalui pekerjaan saya dengan Korea Association of Robot Industry (KAR). Latar belakang akademis saya adalah di bidang elektronika dan telekomunikasi, dan saya juga memiliki gelar magister di bidang teknik keamanan informasi. Saya sebenarnya memulai karier sebagai jurnalis yang meliput ICT, yang memberi saya wawasan berharga tentang tren kebijakan dan perkembangan teknologi—akhirnya membimbing saya menuju bidang telekomunikasi, keamanan siber, dan akhirnya, robotika.
Di KAR, saya memegang berbagai posisi kepemimpinan—Sekretaris Jenderal, Direktur, Direktur Eksekutif, dan Wakil Presiden. Dalam peran-peran ini, saya sangat terlibat dalam membangun ekosistem robotika yang kuat di Korea, dengan fokus pada komersialisasi teknologi baru, memfasilitasi kolaborasi global, dan mendukung perusahaan robotika di setiap tahap—dari inkubasi startup hingga masuk ke pasar global. Di antara inisiatif yang saya pimpin adalah upaya untuk melokalisasi komponen robot penting dan mengembangkan talenta khusus, memastikan daya saing jangka panjang Korea di arena robotika global.
Inti dari pekerjaan saya adalah visi "Robotopia"—sebuah masyarakat utopis di mana manusia dan robot hidup berdampingan secara harmonis, dengan robotika terjalin secara mulus dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan kesejahteraan manusia sambil menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika yang kuat. Visi ini terus mendorong penelitian saya ke dalam kebijakan dan strategi robotika yang akan menempatkan Korea Selatan sebagai pemimpin global sejati di bidang ini.
Bagaimana pengembangan teknologi inti untuk robot pembersih dan lokalisasi bagian robot berkontribusi pada penguatan industri robotika Korea di tingkat global?
Pada awal 2010-an, Roomba dari iRobot mendominasi pasar global untuk robot pembersih, menetapkan standar dengan sensor canggih dan perangkat lunak navigasinya—memegang hampir 70% pangsa pasar. Untuk menutup kesenjangan ini dan meningkatkan daya saing Korea, Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi (MOTIE) meluncurkan inisiatif nasional untuk mengembangkan teknologi inti untuk robot pembersih. Sebagai pemimpin proyek, saya membantu mengoordinasikan kolaborasi antara industri, akademisi, dan pemerintah untuk mendorong inovasi. Melalui upaya ini, kami berhasil mengembangkan komponen penting seperti sistem deteksi hambatan, modul posisi presisi, unit penggerak, sensor lantai, dan sistem visi.
Teknologi-teknologi ini kemudian diadopsi ke dalam lini produksi LG Electronics, memungkinkan manufaktur massal. Pada saat yang sama, Korea Institute for Robot Industry Advancement (KIRIA) memperkenalkan program sertifikasi untuk membangun kepercayaan konsumen pada produk domestik. Akibatnya, perusahaan Korea seperti LG dan Samsung dengan cepat mendapatkan dominasi di pasar domestik—akhirnya mengamankan 90% pangsa pasar.
Pada tahun 2019, situasinya menjadi lebih mendesak ketika Jepang menghapus Korea dari daftar putih kontrol ekspornya (daftar mitra dagang preferensial), mengganggu pasokan komponen penting seperti motor servo dan pereduksi presisi. Pada saat itu, lebih dari 80% pasokan komponen robotika Korea bersumber dari Jepang, menimbulkan risiko serius bagi seluruh industri.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah meluncurkan inisiatif lokalisasi skala besar. Sebagai pemimpin salah satu proyek kunci, saya menerapkan strategi yang mencakup membangun kemitraan antara produsen komponen dan produsen robot, menjalankan proyek percontohan untuk memvalidasi kinerja, dan mengintegrasikan komponen lokal ke dalam rantai pasokan global sebagai alternatif yang kredibel. Upaya-upaya ini menghasilkan hasil yang signifikan.
Melokalisasi komponen penting—terutama untuk robot pembersih—tidak hanya merupakan tonggak teknologi tetapi juga katalis untuk kolaborasi yang lebih kuat di antara perusahaan-perusahaan Korea. Model kerja sama ini meletakkan dasar bagi industri robotika Korea yang lebih tangguh dan kompetitif secara global.
Bagaimana peran RoboWorld — salah satu dari empat pameran robotika terbesar di dunia yang diselenggarakan setiap tahun di Korea Selatan — dalam berkontribusi bagi industri robotika, dan perubahan apa saja yang sedang dipersiapkan untuk masa depan?
Sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2006, RoboWorld telah menjadi pameran robotika terbesar di Korea Selatan, berfungsi sebagai platform penting bagi perusahaan dalam negeri untuk memperluas jangkauan mereka ke pasar global. Awalnya, RoboWorld didirikan sebagai pameran B2C (Business to Consumer) yang berfokus pada robot layanan, namun pada tahun 2008, pameran ini bertransformasi menjadi pameran industri berorientasi B2B (Business to Business), yang mendorong proses internasionalisasi sekaligus pengembangan industri robotika di Korea.
Selama bertahun-tahun, RoboWorld telah berkembang melampaui sekadar pameran dagang konvensional. Saat ini, RoboWorld menampilkan berbagai produk robot yang telah diproduksi massal, prototipe hasil riset yang didukung pemerintah, inovasi terobosan dari startup dan lembaga penelitian, pengalaman interaktif bagi pengunjung umum, hingga visi masa depan industri robotika generasi berikutnya. Pada tahun-tahun awal penyelenggaraannya, pameran ini menarik hingga 87.000 pengunjung, menciptakan antusiasme besar di kalangan publik. Meski belakangan ini berfokus pada segmen B2B, RoboWorld tetap berhasil menarik lebih dari 46.000 pembeli (buyers) setiap tahunnya, memperkuat reputasinya sebagai pameran industri robotika terdepan.
Saat ini, RoboWorld berada di jajaran empat besar pameran robotika dunia, sejajar dengan iREX di Jepang, Automatica di Jerman, dan Automate di Amerika Serikat.
Melihat ke depan, penyelenggaraan RoboWorld 2025 akan semakin memperkuat kehadirannya di kancah global dengan menghadirkan berbagai showcase yang menggabungkan teknologi AI dan robotika, serta program matchmaking internasional antara startup dengan investor. Dalam rangka merayakan ulang tahun ke-20, RoboWorld sedang mempersiapkan transformasi besar untuk mengukuhkan posisinya sebagai pameran robotika berkelas dunia.
Beberapa inisiatif utama yang akan dilakukan meliputi:
Penyediaan hall khusus untuk pameran teknologi konvergensi AI dan robotika
Fokus yang lebih besar pada pengembangan dan pameran robot humanoid
Peningkatan jejaring dan konektivitas antara startup dan investor global
Peluncuran Asian Robot Policy Forum sebagai forum kebijakan robotika tingkat Asia
RoboWorld sedang berkembang melampaui konsep pameran konvensional untuk menjadi pusat global yang membentuk masa depan industri robotika Korea Selatan. Pameran ini akan terus menjadi penghubung antara teknologi, bisnis, dan kebijakan — mendorong pertumbuhan industri robotika Korea yang berkelanjutan.
Bagaimana perusahaan robotika Korea Selatan memperoleh daya saing global melalui kerja sama internasional?
Perusahaan robotika Korea Selatan telah meningkatkan daya saing global mereka melalui kerja sama internasional yang strategis, khususnya dalam bidang pertahanan, penelitian dan pengembangan (R&D), serta ekspansi pasar.
Salah satu tonggak yang paling mencolok adalah masuknya Korea Selatan ke dalam rantai pasokan pertahanan global. Setelah reformasi pada tahun 2016 terhadap program offset dari Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) untuk meningkatkan partisipasi domestik, raksasa pertahanan AS, Lockheed Martin, mulai mencari produk dari perusahaan kecil dan menengah (UKM) Korea Selatan. Sebagai respons, KAR memfasilitasi rekomendasi robot kolaboratif, robot logistik, dan robot mobile otonom (AGV). Hasilnya, sistem robot kolaboratif Korea Selatan berhasil diintegrasikan ke dalam rantai pasokan Lockheed Martin—kasus pertama yang melibatkan perusahaan robotika Korea Selatan bergabung dengan jaringan kontraktor pertahanan global besar. Selain itu, pada tahun 2019, Raytheon Technologies mengevaluasi aktuator Korea Selatan, yang mengarah pada pengujian/percontohan di bawah program offset Pre-Accumulated Value (PAV) dari DAPA, yang semakin memvalidasi kemampuan teknologi negara ini di sektor pertahanan.
Dalam R&D internasional, KAR memainkan peran kunci dalam menghubungkan perusahaan robotika Korea Selatan dengan Proyek Light House Israel, sebuah inisiatif bersama antara Israel Innovation Authority dan Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan (MOTIE). Kemitraan ini menghasilkan pengembangan sukses mesin pengenalan suara dan robot sosial untuk perawatan lansia, serta riset mengenai robot layanan yang didorong AI dan platform navigasi otonom. Pencapaian ini mengangkat posisi R&D Korea Selatan di kancah global.
Korea Selatan juga telah mengejar ekspansi pasar strategis di Asia Tenggara. KAR, bekerja sama dengan Korea Midland Power (KOMIPO), memimpin inisiatif untuk memperkenalkan perusahaan robotika Korea Selatan ke pasar Indonesia. Hal ini sejalan dengan strategi yang lebih luas untuk membangun pijakan di pasar dengan kedekatan budaya dan potensi pengembangan strategis sebelum berkembang secara global. Proyek percontohan di Indonesia menjadi langkah pertama dalam pendekatan ini, yang menunjukkan potensi ekspansi internasional yang lebih luas.
Ke depannya, Korea Selatan harus memperkuat jangkauan globalnya dengan menyelaraskan pengembangan industri robotika dengan program Bantuan Pembangunan Resmi (ODA)—mengubah ekspor jangka pendek menjadi kemitraan strategis jangka panjang.
Sebagai pembangun ekosistem industri robotika, bagaimana menurut Anda industri robotika Korea harus merespons perubahan global?
Dengan kemajuan pesat kecerdasan buatan generatif—seperti yang ditunjukkan oleh ChatGPT—dan munculnya teknologi AI fisik seperti Optimus milik Tesla, robot humanoid dengan kemampuan kognitif dan pembelajaran yang mirip manusia bukan lagi konsep masa depan. Dalam lingkungan yang dinamis ini, Korea Selatan harus secara proaktif membangun ekosistem robotika AI-humanoid yang kompetitif secara global melalui kolaborasi internasional dan pengembangan industri domestik.
Untuk mencapai ini, ekosistem yang terintegrasi secara horizontal sangat penting di tahap awal. Berbagai proyek percontohan dan penerapan di dunia nyata di sektor manufaktur dan layanan akan membantu mempercepat adopsi dan menyempurnakan teknologi. Secara bersamaan, integrasi vertikal juga sangat penting. Sebuah industri yang tangguh dan mandiri harus memlocalisasi komponen inti dan membangun rantai pasokan domestik yang aman.
Di tengah ketidakpastian rantai pasokan global yang meningkat, Korea harus mengadopsi strategi ganda: kerja sama global dan ketahanan domestik. Memprioritaskan lokalisasi bagian-bagian kunci dan mengamankan saluran pengadaan strategis sangat penting.
Sebuah Rantai Nilai Global (Global Value Chain/GVC) untuk robot humanoid AI harus berfokus pada dua pilar utama:
• Kolaborasi Perangkat Lunak AI & Semikonduktor: Mitra teknologi termasuk AS dan Taiwan untuk chip AI generasi berikutnya dan sistem operasi robot.
• Perangkat Keras Inti & Manufaktur:
Reduksi presisi, servomotor, sensor: Kolaborasi dengan Jepang, Jerman, dan Taiwan.
Platform perangkat keras humanoid: Pengembangan bersama dengan Eropa dan Jepang.
Pusat manufaktur & perakitan: Memperluas operasi di Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Indonesia.
Pengujian percontohan di luar negeri: Membentuk kemitraan strategis dengan UEA dan Arab Saudi.
Dengan menyelaraskan kolaborasi horizontal, integrasi vertikal, dan ketahanan rantai pasokan, Korea Selatan tidak hanya dapat mengejar ketertinggalan dengan pemimpin global dalam robotika humanoid AI—tetapi juga berpotensi memimpin sektor transformasi ini.
Apa pencapaian utama Anda sebagai Wakil Presiden Eksekutif di KAR?
Selama 20 tahun terakhir, saya memegang beberapa posisi kepemimpinan di Korea Association of Robot Industry (KAR), termasuk Wakil Presiden Eksekutif. Pencapaian terbesar saya adalah membangun ekosistem yang kuat dan kompetitif untuk robotika layanan di Korea.
Setelah krisis keuangan Asia pada tahun 1997, fokus industri Korea beralih dari robot industri tradisional ke sistem robotik cerdas. Pada masa krisis ini, saya membantu mendirikan KAR untuk menstabilkan sektor ini dan merancang strategi pertumbuhan yang kohesif. Hal ini menghasilkan rencana induk robotika nasional pertama Korea, yang menetapkan robotika sebagai industri strategis.
Saya fokus pada lima pilar utama:
Dukungan R&D yang didanai pemerintah
Infrastruktur prototyping dan komersialisasi
Pengembangan pasar strategis
Menarik investasi swasta
Pengembangan talenta robotika—kerangka kerja yang membantu perusahaan robotika Korea berkembang secara internasional.
Beberapa pencapaian kunci meliputi:
Masuknya Korea ke dalam rantai pasokan pertahanan global (misalnya, Lockheed Martin yang mengadopsi robot kolaboratif Korea)
R&D bersama dengan Israel, AS, dan Eropa, yang mendorong inovasi AI dan robotika layanan
Ekspansi pasar strategis ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia yang dipimpin oleh KAR bekerja sama dengan perusahaan milik negara.
Saya juga menekankan lokalisasi komponen, standarisasi, dan komersialisasi—mengurangi ketergantungan Korea pada pemasok asing dan meningkatkan daya saing global.
Pada akhirnya, robotika lebih dari sekadar bidang teknologi—ini adalah katalisator untuk transformasi sosial. Selama dua dekade, saya telah mengadvokasi AI yang etis, keterlibatan publik dengan robotika, dan inovasi yang berpusat pada manusia. Meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, saya percaya bahwa fondasi yang telah kami bangun, termasuk kerangka regulasi, inkubator startup, dan jaringan R&D global, akan mempertahankan kepemimpinan Korea di arena robotika global.
Saat ini, saya menjabat sebagai Direktur Pertumbuhan Masa Depan di Neuromeka Co., Ltd., perusahaan robotika kolaboratif terkemuka. Setelah pensiun dari KAR, saya fokus pada revitalisasi ekosistem regional di Pohang dengan memperkenalkan otomatisasi ke industri baja dan baterai sekunder. Saya juga sedang menjajaki pendekatan strategis untuk membangun ekosistem robotika humanoid AI global—memanfaatkan keahlian Neuromeka dalam pembelajaran tiruan dan teknologi penghindaran tabrakan.
Hubungi :
Share this post