
Mr. Chew Beng SOH - Associate Professor
Mr. Chew Beng SOH adalah seorang Associate Professor di Singapore Institute of Technology. Beliau memperoleh gelar B.Eng. dan Ph.D. dalam bidang Teknik Elektro dan Elektronik & Teknik Komputer dari Nanyang Technological University, Singapura. Pada tahun 2013, beliau bergabung dengan School of Singapore Institute of Technology sebagai Assistant Professor hingga tahun 2017. Kemudian beliau menjadi Associate Professor di Singapore Institute of Technology sejak tahun 2017 hingga sekarang. Beliau telah menerbitkan 35 makalah jurnal dan 4 makalah konferensi. Selain itu, beliau juga menjadi finalis dalam 8th Asia Pacific Eldercare Innovation Award 2020, dalam kategori "Best Smart Care Technology – Product Best technology" pada tanggal 22 November 2020.
1. Apa faktor pendorong dan penghalang dalam penelitian keberlanjutan di program ini?
Pengembangan energi fotovoltaik memerlukan lahan yang luas.
Penghalang utama dalam adopsi PV (fotovoltaik) untuk konteks lokal adalah sebagai berikut:
- Kelangkaan lahan dan persaingan sumber daya oleh aset fasilitas seperti pendingin dan menara pendingin di atap bangunan.
- Bagaimana mengelola pembangkitan listrik dan hasil pertanian oleh operator saat ini karena pertanian perkotaan dan penerapan PV berada di bawah dua entitas yang berbeda.
- Batasan ketinggian bangunan saat ini yang ditetapkan oleh persyaratan pertahanan dan izin keselamatan mencegah pemasangan PV yang ditinggikan di atap.
Faktor pendorongnya meliputi:
- Sistem Agrivolt yang menggabungkan produksi pertanian dan listrik pada satu unit lahan mungkin menjadi opsi yang layak. Ini memenuhi kebutuhan mendesak Singapura akan keamanan pangan dan energi.
- Sistem PV dan Agrivolt dapat digunakan untuk menggerakkan pompa dan pendingin di pertanian, yang memastikan sistem berkelanjutan ini dapat menghasilkan pendapatan yang dibutuhkan untuk operasional.
2. Sejauh mana penelitian keberlanjutan sudah diterapkan dalam program ini?
Keberlanjutan adalah aspek penting dalam program gelar Sustainable Infrastructure Engineering (Building Service) yang sedang diambil oleh Jerome. Proyek Jerome adalah contoh nyata dari upaya dosen dan mahasiswa dalam menerapkan kontrol digitalisasi untuk memanen energi dengan kemajuan dalam pertanian perkotaan dari pengetahuan tradisional.
3. Apa proyeksi Anda untuk masa depan program ini?
Mahasiswa kami sangat terlibat dalam Integrated Work Study Programme (IWSP) bersama mitra industri. Program Sustainable Infrastructure Engineering (Building Service) membekali mahasiswa kami dengan kompetensi untuk menjadi insinyur mekanik yang terampil di lingkungan bangunan.
Mahasiswa MEngTech kami dapat secara aktif berpartisipasi dalam penelitian terapan dengan keterampilan yang telah mereka peroleh dalam pemodelan energi bangunan, penggunaan alat simulasi energi, dan keterlibatan dalam otomatisasi serta desain bangunan.
4. Bisakah konsep kota net-zero energy diimplementasikan di Singapura?
Perjanjian Paris mengharuskan negara-negara untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 °C. Visi untuk kota dengan emisi nol bersih (net-zero energy city) bertujuan untuk mencapai nol emisi antara tahun 2030 dan 2050.
Dalam konteks Singapura, ini menantang karena dua alasan. Kami adalah negara kecil dengan sedikit atau bahkan tidak memiliki sumber daya terbarukan kecuali matahari; kami kekurangan hutan perkotaan besar yang dapat berfungsi sebagai penyerap karbon.
Meskipun demikian, ada cara lain yang bisa kami lakukan untuk menghadapi tantangan ini. Sebagai contoh, pemerintah Singapura telah melakukan upaya besar melalui lembaga-lembaga seperti N-Parks dalam menciptakan koridor hijau dan penghubung taman untuk membantu mengatasi masalah ini.
Dengan meningkatnya kendaraan listrik (EV) baru-baru ini, elektrifikasi transportasi juga merupakan cara yang layak bagi Singapura untuk mengurangi polusi. Di sektor domestik, bergantung pada pendinginan pasif dengan desain yang baik untuk pendinginan alami atau hibrida dapat menurunkan permintaan akan AC. Oleh karena itu, kami berada di jalur yang benar untuk mengurangi emisi karbon.

Share this post