Menteri Perindustrian berencana untuk melanjutkan program penyediaan gas dengan harga lebih terjangkau bagi industri.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan harapannya agar program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk tujuh sektor industri dengan tarif US$ 6 per mmbtu dapat segera diberlakukan kembali, mengingat program tersebut telah berakhir pada 31 Desember 2024. Menurut Agus, pasokan gas sangat penting bagi kelancaran produksi industri, sehingga program tersebut perlu segera diterapkan agar pabrik tetap dapat beroperasi.

Agus juga mengakui menerima sejumlah keluhan dari pihak industri mengenai tingginya harga gas. "Saya banyak menerima keluhan dari industri," ujarnya.

Tujuh sektor industri yang mendapatkan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) tersebut antara lain industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, dan sarung tangan karet.

Ekonom dari CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menyatakan bahwa kebijakan HGBT sebelumnya telah membantu industri menekan biaya produksi dan meningkatkan daya saing, terutama di tengah tantangan pemulihan ekonomi. "Terlebih lagi, harga gas industri di Indonesia masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia," ujarnya.

Yusuf mengingatkan bahwa berakhirnya harga gas murah akan memengaruhi daya saing tujuh sektor industri tersebut, yang bertentangan dengan rencana pemerintah untuk mendorong industrialisasi guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

Ia menambahkan bahwa kebijakan gas murah memang memberikan dampak pada keuangan negara karena adanya subsidi yang diberikan pemerintah untuk harga gas. Namun, menurut Yusuf, penurunan penerimaan negara akibat subsidi bisa diimbangi dengan peningkatan aktivitas ekonomi, terutama di sektor industri yang diuntungkan dengan harga gas yang lebih terjangkau.

"Jika kebijakan HGBT tidak diperpanjang, dampak langsungnya adalah peningkatan biaya produksi yang signifikan bagi tujuh sektor industri yang kini harus membayar harga gas komersial. Hal ini berpotensi menyebabkan kenaikan harga produk akhir, menurunkan daya saing industri domestik di pasar global, dan bahkan mengancam kelangsungan industri yang sangat bergantung pada gas bumi," jelasnya.

Share this post

Loading...