Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong penerapan industri hijau dalam sektor manufaktur nasional guna meningkatkan daya saing global, menjaga keberlanjutan lingkungan, dan mencapai target dekarbonisasi.
“Pertumbuhan industri yang berkelanjutan harus memperhitungkan aspek ekonomi, daya saing, serta dampak terhadap lingkungan,” ujar Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi, dalam Sosialisasi Pre-Event The 2nd Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 di Jakarta.
Transformasi industri hijau menjadi agenda prioritas nasional, selaras dengan target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) Indonesia yang pada 2022 ditingkatkan menjadi 32 persen dengan upaya mandiri dan 43 persen dengan dukungan internasional.
“Industri hijau bukan lagi pilihan, melainkan keharusan bagi masa depan bangsa dan bumi,” tegas Andi. Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat dalam membangun ekosistem industri hijau yang berkelanjutan.
Sebagai langkah konkret, Kemenperin telah menerbitkan Surat Edaran Menteri Perindustrian Nomor 2 Tahun 2025 yang mewajibkan penyampaian data emisi industri melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas). Kebijakan ini bertujuan untuk memantau kondisi emisi industri, menjaga kualitas udara, serta mendukung upaya dekarbonisasi.
AIGIS 2025 akan menjadi forum strategis bagi pemangku kepentingan untuk berdialog, berkolaborasi, dan mendorong aksi nyata dalam mendukung industri berkelanjutan. Menurut Kepala Pusat Industri Hijau Kemenperin, Apit Pria Nugraha, AIGIS 2024 telah berhasil menarik perhatian berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, industri, dan media.
“AIGIS 2025 akan menjadi langkah besar dalam transisi menuju industri rendah emisi, sejalan dengan target Net Zero Emissions sektor industri pada 2050,” ujarnya.
AIGIS 2025 merupakan kolaborasi antara Kemenperin melalui BSKJI, World Resources Institute (WRI) Indonesia, Institute for Essential Services Reform (IESR), serta GMS Consolidate sebagai penyelenggara. Puncak acara akan berlangsung pada 20-22 Agustus 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC).
Serangkaian pre-event akan digelar mulai Maret hingga Agustus 2025, termasuk Penghargaan Industri Hijau, Green Journalism Competition, dan GreenRun. Menariknya, seluruh rangkaian AIGIS 2025 diselenggarakan tanpa menggunakan APBN, mencerminkan semangat kolaborasi antara sektor publik dan swasta.
Managing Director WRI Indonesia, Arief Wijaya menekankan bahwa transformasi industri hijau harus menjadi visi bersama. “Kami berperan dalam memastikan AIGIS 2025 menghasilkan solusi konkret bagi industri hijau,” ujarnya.
Senada, Program Manajer Dekarbonisasi Industri IESR, Juniko Nur Pratama, menyebut dekarbonisasi sebagai perjalanan panjang yang membutuhkan visi dan komitmen kuat. “Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan pemangku kepentingan lainnya menjadi kunci dalam transisi ini,” katanya.
Dengan berbagai inisiatif strategis, AIGIS 2025 diharapkan menjadi katalisator percepatan transformasi industri hijau di Indonesia, memperkuat daya saing manufaktur nasional, serta berkontribusi pada target global pengurangan emisi karbon.
Share this post