Hadiah Tahun Baru untuk Prabowo: PMI Manufaktur Indonesia Kembali Bangkit!

Aktivitas manufaktur Indonesia menunjukkan pemulihan signifikan setelah lima bulan mengalami kontraksi. Berdasarkan data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis oleh S&P Global pada Kamis (2/1/2025), PMI manufaktur Indonesia tercatat di angka 51,2 pada Desember 2024. Angka ini menandakan kembalinya sektor manufaktur ke fase ekspansif dan merupakan yang tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.

Sebelumnya, PMI Manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut, yaitu pada Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2), dan November 2024 (49,6). Kondisi serupa terakhir kali terjadi pada awal pandemi Covid-19 tahun 2020, ketika aktivitas ekonomi terhenti untuk mengendalikan penyebaran virus.

Menurut S&P, pemulihan PMI ini didorong oleh peningkatan produksi dan pesanan baru. Kenaikan pesanan mencerminkan permintaan yang lebih positif serta optimisme terhadap prospek ekonomi. Perusahaan juga mulai meningkatkan jumlah staf dan aktivitas pembelian, sejalan dengan keyakinan akan pertumbuhan yang lebih baik di tahun 2025.

Paul Smith, Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, menyatakan bahwa kembalinya PMI Indonesia ke jalur ekspansif adalah kabar baik. "Ini adalah fase ekspansi pertama sejak pertengahan tahun, menunjukkan adanya peningkatan penjualan dan produksi. Harapannya, tren positif ini dapat bertahan," ujar Paul, dikutip dari situs resmi S&P.

Paul juga menambahkan bahwa proyeksi sektor manufaktur Indonesia tetap optimis, dengan banyak perusahaan memperkirakan peningkatan produksi pada 2025 seiring stabilnya kondisi makroekonomi dan meningkatnya daya beli konsumen. Hal ini turut mendorong peningkatan aktivitas pekerjaan dan pembelian.

Optimisme Menyambut 2025

PMI Desember menunjukkan pertumbuhan moderat dalam produksi, yang berlangsung lebih cepat dibandingkan November. Pesanan baru juga mencatat kenaikan untuk pertama kalinya dalam enam bulan terakhir, didorong oleh permintaan domestik dan ekspor. Volume pesanan ekspor baru bahkan naik untuk pertama kalinya dalam hampir setahun, meskipun peningkatannya masih kecil.

Produsen merespons lonjakan pesanan dengan meningkatkan aktivitas pembelian selama dua bulan berturut-turut. Peningkatan inventaris input dan barang jadi mencerminkan pandangan optimis terhadap prospek pertumbuhan di 2025.

Sebagian besar perusahaan memproyeksikan stabilitas makroekonomi yang lebih baik, peningkatan pendapatan, serta daya beli yang lebih tinggi di kalangan pelanggan.

Kabar Positif: Penambahan Tenaga Kerja

Pada Desember, perusahaan mulai menambah staf untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir. Meskipun pertumbuhan ini masih tergolong marginal, hal tersebut menunjukkan awal pemulihan. Namun, pekerjaan yang belum selesai meningkat secara moderat, pertama kali sejak Mei 2024.

Tekanan Harga yang Terpantau

S&P mencatat adanya tekanan harga yang lebih tinggi sejak November 2024, baik pada bahan baku maupun tarif output. Penguatan dolar AS turut memengaruhi harga barang impor. Meski inflasi masih terkendali, tren ini akan terus diawasi pada 2025.

Secara keseluruhan, laporan PMI Desember memberikan sinyal bahwa sektor manufaktur Indonesia telah memasuki fase pemulihan dengan optimisme yang tinggi menyongsong tahun baru.

Share this post

Loading...